Posted by : Unknown
Senin, 12 Juni 2017
KERAJAAN
KUTAI
Kerajaan
Kutai (Martadipura) merupakan kerajaan Hindu tertua di
Indonesia. Kerajaan Kutai diperkirakan muncul pada abad 5 M
atau ± 400 M. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur (dekat
kota Tenggarong), tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diambil dari nama
tempat ditemukannya prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut. Nama Kutai
diberikan oleh para ahli karena tidak ada prasasti yang secara jelas
menyebutkan nama kerajaan ini. Karena memang sangat sedikit informasi yang
dapat diperoleh akibat kurangnya sumber sejarah.
Keberadaan kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu berupa prasasti yang berbentuk yupa / tiang batu berjumlah 7 buah. Yupa yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta tersebut, dapat disimpulkan tentang keberadaan Kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan, antara lain politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Adapun isi prasati tersebut menyatakan bahwa raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga. Ia mempunyai seorang putra bernama Asawarman yang disebut sebagai wamsakerta (pembentuk keluarga). Setelah meninggal, Asawarman digantikan oleh Mulawarman. Penggunaan nama Asawarman dan nama-nama raja pada generasi berikutnya menunjukkan telah masuknya pengaruh ajaran Hindu dalam Kerajaan Kutai dan hal tersebut membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia asli yang telah memeluk agama Hindu.
Keberadaan kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu berupa prasasti yang berbentuk yupa / tiang batu berjumlah 7 buah. Yupa yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta tersebut, dapat disimpulkan tentang keberadaan Kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan, antara lain politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Adapun isi prasati tersebut menyatakan bahwa raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga. Ia mempunyai seorang putra bernama Asawarman yang disebut sebagai wamsakerta (pembentuk keluarga). Setelah meninggal, Asawarman digantikan oleh Mulawarman. Penggunaan nama Asawarman dan nama-nama raja pada generasi berikutnya menunjukkan telah masuknya pengaruh ajaran Hindu dalam Kerajaan Kutai dan hal tersebut membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia asli yang telah memeluk agama Hindu.
A. SISTEM POLITIK KERAJAAN KUTAI
Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam yupa bahwa raja terbesar Kutai adalah Mulawarman, putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga. Dalam yupa juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai Dewa Ansuman/Dewa Matahari dan dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja. Hal ini berarti Asmawarman sudah menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri keluarga atau dinasti dalam agama Hindu. Untuk itu para ahli berpendapat Kudungga masih nama Indonesia asli dan masih sebagai kepala suku, yang menurunkan raja-raja Kutai. Dalam kehidupan sosial terjalin hubungan yang harmonis/erat antara Raja Mulawarman dengan kaum Brahmana, seperti yang dijelaskan dalam yupa, bahwa raja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana di dalam tanah yang suci bernama Waprakeswara. Istilah Waprakeswara–tempat suci untuk memuja Dewa Siwa di pulau Jawa disebut Baprakewara.
B. RAJA-RAJA
KERAJAAN KUTAI
1. Maharaja Kudungga
Adalah raja pertama yang berkuasa di
kerajaan kutai. Nama Maharaja Kudungga oleh
para ahli sejarah ditafsirkan sebagai nama asli orang Indonesia yang belum
terpengaruh dengan nama budaya India.Dapat
kita lihat, nama raja tersebut masih menggunakan nama lokal sehingga para ahli
berpendapat bahwa pada masa pemerintahan Raja Kudungga pengaruh Hindu baru
masuk ke wilayahnya. Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya adalah kepala suku.
Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi
kerajaan dan mengangkat dirinya sebagai raja, sehingga penggantian raja
dilakukan secara turun temurun.
2. Maharaja Asmawarman
Prasasti
yupa menceritakan bahwa Raja Aswawarman adalah raja yang cakap dan kuat. Pada masa
pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kutai diperluas lagi. Hal ini dibuktikan
dengan dilakukannya Upacara Asmawedha pada masanya. Upacara-upacara ini pernah
dilakukan di India pada masa pemerintahan Raja Samudragupta ketika ingin
memperluas wilayahnya. Dalam upacara itu dilaksanakan pelepasan kuda dengan
tujuan untuk menentukan batas kekuasaan Kerajaan Kutai ( ditentukan dengan
tapak kaki kuda yang nampak pada tanah hingga tapak yang terakhir nampak
disitulah batas kekuasaan Kerajaan Kutai ). Pelepasan kuda-kuda itu diikuti
oleh prajurit Kerajaan Kutai.
3. Maharaja Mulawarman
Raja
Mulawarman merupakan anak dari Raja Aswawarman yang menjadi penerusnya. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila
dilihat dari cara penulisannya. Raja
Mulawarman adalah raja terbesar dari Kerajaan Kutai. Di bawah pemerintahannya,
Kerajaan Kutai mengalami masa kejayaannya. Rakyat-rakyatnya hidup tentram dan
sejahtera hingga Raja Mulawarman mengadakan upacara kurban emas yang amat
banyak.
4. Maharaja Irwansyah
5. Maharaja Sri Aswawarman
6. Maharaja Marawijaya Warman
7. Maharaja Gajayana Warman
8. Maharaja Tungga Warman
9.
Maharaja Jayanaga Warman
10. Maharaja
Nalasinga Warman
11. Maharaja
Nala Parana Tungga
12. Maharaja
Gadingga Warman Dewa
13. Maharaja
Indra Warman Dewa
14. Maharaja
Sangga Warman Dewa
15. Maharaja
Singsingamangaraja XXI
16. Maharaja Candrawarman
17. Maharaja
Prabu Nefi Suriagus
18. Maharaja
Ahmad Ridho Darmawan
19. Maharaja
Riski Subhana
20. Maharaja Sri
Langka Dewa
21. Maharaja
Guna Parana Dewa
22. Maharaja
Wijaya Warman
23. Maharaja
Indra Mulya
24. Maharaja Sri
Aji Dewa
25. Maharaja
Mulia Putera
26. Maharaja
Nala Pandita
27. Maharaja
Indra Paruta Dewa
28. Maharaja Dharma Setia
C.
MASA KEJAYAAN KERAJAAN KUTAI
Masa kejayaan Kerajaaan
Kutai berada pada massa pemerintahan Raja Mulawarman. Hal ini karena beliau
begitu bijaksana dan royal bagi hal-hal yang religius. Para brahmana dihadiahi
emas, tanah, dan ternak secara adil, pengadaan upacara sedekah di tempat yang
dianggap suci atau Waprakeswara. Dan dibuktikan juga dengan pemberian sedekah
kepada kaum Brahmana berupa 20.000 ekor sapi. Jumlah 20.000 ekor sapi ini
membuktikan bahwa pada masa itu kerajaan Kutai telah mempunyai kehidupan yang
makmur dan telah mencapai massa kejayaannya.
D. KEHIDUPAN MASYARAKAT KERAJAAN KUTAI
1.
Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial di Kerajaan Kutai merupakan terjemahan dari prasasti-prasasti yang ditemukan oleh para ahli. Diantara terjemahan tersebut adalah sebagai berikut:
Kehidupan sosial di Kerajaan Kutai merupakan terjemahan dari prasasti-prasasti yang ditemukan oleh para ahli. Diantara terjemahan tersebut adalah sebagai berikut:
- Masyarakat di Kerajaan Kutai tertata, tertib dan teratur.
- Masyarakat di Kerajaan Kutai memiliki kemampuan beradaptasi dengan budaya luar (India), mengikuti pola perubahan zaman dengan tetap memelihara dan melestarikan budayanya sendiri.
2. Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi di Kutai, tidak diketahui secara
pasti, kecuali disebutkan dalam salah satu prasasti bahwa Raja Mulawarman telah
mengadakan upacara korban emas dan tidak menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor
sapi untuk golongan Brahmana. Tidak diketahui secara pasti asal emas dan sapi
tersebut diperoleh. Apabila emas dan sapi tersebut didatangkan dari tempat
lain, bisa disimpulkan bahwa kerajaan Kutai telah melakukan kegiatan dagang.
Jika dilihat dari letak geografis, Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan
antara Cina dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat yang menarik untuk
disinggahi para pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kegiatan
perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping
pertanian.
3. Kehipudan Budaya
Sementara itu dalam kehidupan budaya dapat dikatakan
kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan
(pemberkatan memeluk agama Hindu) yang disebut Vratyastoma. Vratyastoma
dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman karena Kudungga masih mempertahankan
ciri-ciri keIndonesiaannya, sedangkan yang memimpin upacara tersebut, menurut
para ahli, dipastikan adalah para pendeta (Brahmana) dari India. Tetapi pada
masa Mulawarman kemungkinan sekali upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh
kaum Brahmana dari orang Indonesia asli. Adanya kaum Brahmana asli orang
Indonesia membuktikan bahwa kemampuan intelektualnya tinggi, terutama
penguasaan terhadap bahasa Sansekerta yang pada dasarnya bukanlah bahasa rakyat
India sehari-hari, melainkan lebih merupakan bahasa resmi kaum Brahmana untuk
masalah keagamaan.
E.
RUNTUHNYA KERAJAAN KUTAI
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.
F. PENINGGALAN KERAJAAN KUTAI
1. Prasasti Yupa
Prasasti Yupa merupakan salah satu bukti sejarah
Kerajaan Kutai yang paling tua. Dari prasasti inilah diketahui tentang adanya
Kerajaan Kutai di Kalimantan. Di dalam prasasti ini terdapat tulisan-tulisan
yang menggunakan bahasa Sansekerta dan juga aksara/huruf Pallawa.
Isi dari Prasasti Yupa mengungkapkan sejarah dari Kerajaan Hindu yang berada di Muara Kaman, di hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Secara garis besar prasasti tersebut menceritakan tentang kehidupan politik, sosial dan budaya Kerajaan Kutai.
2. Ketopong Sultan
Isi dari Prasasti Yupa mengungkapkan sejarah dari Kerajaan Hindu yang berada di Muara Kaman, di hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Secara garis besar prasasti tersebut menceritakan tentang kehidupan politik, sosial dan budaya Kerajaan Kutai.
2. Ketopong Sultan
Ketopong adalah mahkota yang biasa dipakai oleh
Sultan Kerajaan Kutai yang terbuat dari emas. Ketopong ini memiliki berat 1,98
kg dan saat ini masih tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Benda bersejarah
yang satu ini ditemukan di Mura Kaman, Kutai Kartanegara pada tahun 1890.
Sedangkan yang dipajang di Museum Mulawarman merupakan ketopong tiruan.
3. Kalung Ciwa
Peninggalan sejarah berikutnya adalah Kalung Ciwa
yang ditemukan oleh pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Kalung ini
ditemukan oleh seorang penduduk di sekitar Danau Lipan Muara Kaman pada tahun
1890. Saat ini Kalung Ciwa masih digunakan sebagai perhiasan oleh sultan dan
hanya dipakai ketika ada pesta penobatan sultan baru.
4. Kura-kura Emas
Bukti sejarah Kerajaan Kutai yang satu ini cukup
unik, karena berwujud kura-kura emas. Benda bersejarah ini saat ini berada di
Museum Mulawarman. Benda yang memiliki ukuran sebesar kepalan tangan ini
ditemukan di daerah Long Lalang, daerah yang berada di hulu Sungai Mahakam.
Dari riwayat yang diketahui benda ini merupakan
persembahan dari seorang pangeran dari Kerajaan China untuk Putri Raja Kutai,
Aji Bidara Putih. Kura-kura emas ini merupakan bukti dari pangeran tersebut
untuk mempersunting sang putri.
5. Pedang Sultan Kutai
Pedang Sultan Kutai terbuat dari emat padat. Pada
gagang pedang terdapat ukiran gambar seekor harimau yang siap untuk menerkam
mangsanya. Sedang pada bagian ujung pedang terdapat hiasan seekor buaya. Untuk
melihat benda ini kamu harus berkunjung ke Museum Nasional di Jakarta.
6. Keris Bukit Kang
Kering Bukit Kang merupakan keris yang digunakan
oleh Permaisuri Aji Putri Karang Melenu, permaisuri Raja Kutai Kartanegara yang
pertama. Berdasarkan cerita dari masyarakat menyebutkan bahwa putri ini
merupakan putri yang ditemukan dalam sebuah gong yang hanyut di atas bambu. Di
dalam gong tersebut terdapat bayi perempuan, telur ayam dan sebuah kering.
Kering ini diyakini sebagai Keris Bukit Kang.
7. Singgasana Sultan
Singgasana Sultan adalah salah satu peninggalan
sejarah Kerajaan Kutai yang masih terjaga sampai saat ini. Benda ini diletakan
di Museum Mulawarman. Pada zaman dahulu Singgasana ini digunakan oleh Sultan
Aji Muhammad Sulaiman serta raja-raja Kutai sebelumnya. Singgasana Sultan ini
dilengkapi dengan payung erta umbul-umbul serta peraduan pengantin Kutai
Keraton.
Referensi :
http://pendidikan4sejarah.blogspot.co.id/2011/12/kerajaan-kutai.html
http://mulyaniangel14.blogspot.co.id/2014/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://www.artikelsiana.com/2014/11/peninggalan-sejarah-kerajaan-kutai-hasil.html
http://www.satujam.com/kerajaan-kutai/
http://artikelmateri.blogspot.co.id/2015/11/sejarah-kerajaan-kutai-rangkuman-lengkap.html